Cerita di Balik Panen Daun Jeruk Purut
![]() |
Kerumunan ibu-ibu (budhe saya) yang sedang membabat pohon jeruk purut. |
Daun jeruk purut sama sekali tidak menakutkan seperti hantu jeruk purut meski sama-sama punya marga purut pun bukan wadah entut. Preeetttt... Daun ini sangat bersahabat dengan ibu-ibu atau mbak-mbak yang suka masak-masak di dapur bukan yang pesan pakai aplikasi lho. Yungalahh... demam unicorn haha. Meski ukurannya kecil dan tipis, daun ini mempunyai bau yang khas sehingga mampu menjadi penyedap rasa dan bahkan bisa menghilangkan bau amis.
Di kebun belakang rumah simbah terdapat satu pohon jeruk purut yang tumbuh subur terlebih di musim hujan seperti sekarang ini. Pohon ini cukup tinggi kurang lebih 2 meter. Letaknya sangat dekat dengan rumah sehingga ranting-rantingnya mengenai atap rumah.
Awalnya tidak ada masalah yang terjadi akibat pohon jeruk purut ini sampai suatu ketika gembili (Dioscorea esculenta L, sejenis umbi-umbian) yang tumbuh subur di belakang rumah merambat ke pohon jeruk purut ini. Menyebalkannya ia merambat sampai ke antena televisi yang tepat berada di dekat pohon jeruk purut tersebut. Sampai-sampai antena tv penuh lilitan sulur-sulur gembili hingga ke ujungnya.
Akibatnya siaran televisi pun menjadi buram tak karuan. Bak nonton kumpulan semut di tv. Semenjak teror menimpa siaran tv ini maka keluarga kami pun membulatkan tekad untuk membersihkan pohon gembili dari antena. Kebetulan pada saat itu keluarga sedang berkumpul di rumah simbah ini.
Pagi itu, budhe (A) saya yang paling rajin bersih-bersih meninjau kondisi pohon gembili di belakang rumah setelah memasak. Tak dinyana ia langsung mengambil sebuah sabit dan sebatang bambu panjang lalu menggabungkan keduanya menjadi senjata laras panjang hahaha #ngawur. Sabit dipasang di celah ujung bambu yang sempit sehingga dapat menjangkau sulur-sulur gembili yang berada di atas genting. Setelah mencoba menyengget sulur gembili nampaknya tidak ada perubahan yang terjadi.
Tak berselang lama, budhe (B) saya yang lain juga datang melihat apa yang dilakukan budhe A. Budhe B, kebetulan rumahnya bersebelahan dengan rumah simbah lalu mengatakan “lha kui arite ra landep kok di nggo?” hmmm hm hm ternyata sabit yang dipakai budhe A memang tidak tajam. Akhirnya budhe B ini mengambilkan sabit yang tajam dan seutas tali rafia. Senjata laras panjang pun dipermak hingga sempurna. Alhasil sulur gembili yang berada di bagian bawah antena berhasil di pangkas dengan sempurna.
Tapi masalah belum berakhir karena pohon jeruk purut ini ditengarai menjadi jembatan sulur tanaman gembili dapat mencapai tiang antena kembali. Oleh karena itu, pohon jeruk purut juga ikut-ikutan di babat karena dikhawatikan gembili dapat merambat lagi. Nahas...
Tapi masalah belum berakhir karena pohon jeruk purut ini ditengarai menjadi jembatan sulur tanaman gembili dapat mencapai tiang antena kembali. Oleh karena itu, pohon jeruk purut juga ikut-ikutan di babat karena dikhawatikan gembili dapat merambat lagi. Nahas...
![]() |
Penampakan daun jeruk purut setelah dipangkas. |
Keluarga besar yang sedang berkumpul otomatis berkumpul di belakang rumah menyaksikan dan membantu proses pembabatan ini berlangsung. Pakdhe yang ahli mencari rumput langsung membabat pohon jeruk purut dengan senjata ampuhnya. Ibu-ibu dan cucu-cucunya pun mendapatkan tugas menyeret-nyeret batang-batang daun jeruk purut ke depan rumah untuk dipetik daunnya.
![]() |
Hasil panen daun jeruk purut. |
Kini tinggal duri-duri pohon jeruk purut yang tidak bisa diam karena berhasil mengenai tangan-tangan yang memetik daunnya. Meski sudah hati-hati sekali tetap saja duri-duri tajam itu sangat sering mengenai tangan bahkan kaki saudara lainnya hehe tapi ya ini lah yang menambah keseruan kami pada saat itu. Hasilnya ada 1 karung (gabungan dari karung dan tas pada gambar di atas) dan 1 kardus daun jeruk purut yang berhasil kami petik.
Meski pohon jeruk purut ini tidak sekuat pohon jati tapi tetap saja ia punya kelebihannya sendiri. Ia mampu bermanfaat dan mempertahankan diri dengan caranya sendiri. Ya anugerah dari Yang Maha Esa memang bermacam-macam bukan? Sekian terimakasih... mumumuuuuach :*
Salam Lestari! Salam Literasi!
Petani Bercerita! Menolak Diam!
Komentar
Posting Komentar