Review Buku "Pasung Jiwa" Okky Madasari

Sampul Buku Pasung Jiwa (Doc. Pribadi)

Sasa dan Sasana. Berbeda tetapi tetap satu. Satu tubuh yang sama. Sasana dilahirkan sebagai seorang laki-laki dalam keluarga yang normal bahkan ayah ibunya adalah pengacara dan dokter bedah. Ia anak pertama dari dua bersaudara. Adiknya lahir saat ia duduk di bangku SD. Entah mengapa ia sungguh mengagumi adiknya sebagai perempuan. Apapun yang ada pada tubuh adiknya menjadi keindahan dan kedamaian bagi Sasana.


Sasana anak yang pintar dan penurut saat SD. Ia pandai memainkan piano dan sangat berprestasi di sekolah. Orang tuanya sangat ingin Sasana sesuai dengan ekspektasinya. Sasana pun tumbuh dengan tidak menikmati apa yang ia lalui. Ia selalu iri dengam adiknya Melati yang begitu bahagia bermain tanpa beban. 


Hingga pada akhir SD ia menyelinap ke belakang kompleks perumahan untuk menonton pentas dangdut. Musik piano yang selama ini dilakoninya mendadak membosankan dan tidak sesuai dengan seleranya. Ia jatuh cinta dengan musik dangdut dan goyangannya. Orang tuanya begitu panik dan marah setengah mati pada Sasana. Bagi mereka musik ini tidaklah baik untuk Sasana. Ia pun lebih ditekan lagi agar tidak aneh-aneh menurut orang tuanya. Orang tuanya tidak pernah berpikir dari sudut pandang Sasana. Ia hanyalah seorang anak yang tak mengerti kenapa ia tidak boleh ini dan itu. 

Tertekan dengan pikiran orang tuanya ia semakin mengidam-idamkan hidup seperti Melati adiknya. Hingga saat ia masuk SMP ia menggambar tubuh bugil adiknya yang masih kecil. Kegemparan terjadi, kemarahan orang tua semakin menjadi-jadi. Bagi Sasana itu adalah hal biasa, ia melihat dengan apa adanya bagian tubuh manusia. Tapi kembali lagi orang tua memiliki sudut pandang yang berbeda dan parahnya jika orang tua jadi sosok yang tidak mau tahu.
(Doc. Pribadi)

Sasana tumbuh dalam tekanan dan ketaatan yang mematikan. Saat SMA ia kembali dipaksa masuk sekolah khusus untuk laki-laki. Hingga ia bertemu dengan preman sekolah yang menjadikannya semakin tidak suka dengan dunia laki-laki. Menyedihkannya lagi ia dihajar sampai masuk RS namun ayahnya yang pengacara tidak bisa membelanya karena preman itu anak jendral dan pejabat. Uhh.. begitukah yang namanya keadilan? 

Ia pun pindah sekolah dan lulus dengan baik. Ia melanjutkan kuliah di Malang. Hidupnya berubah saat itu. Saat bertemu dengan Cak Jak, gitaris dangdut jalanan yang mahir benar memetik gitar. Sasana yang sedari dulu mahir bergoyang dan menyanyi dangdut semakin menjadi setelah bertemu dengannya. Kuliahnya berantakan. Ia memilih mengamen dan menjadi "profesional". 

Untuk mejadi profesional ia menerima dunia Sasa dalam hidupnya. Dunia yang selama ini ia pungkiri. Perlahan ia menjadi cantik dan indah seperti adiknya Melati. Ia melakukan ini hanya untuk kesenangannya. Kebahagiaannya diperoleh ketika berhasil menghibur orang lain. Tak ada kerendahan diri saat menjadi sedemikian rupa. Ia menganggapnya hanyalah sebagai seni selama ia tak melakukan kejahatan dan tindakan asusila.

Hidupnya mulai rumit ketika membela Marsini, buruh pabrik, anak pedagang tempat langganannya manggung. Aksi protes ia serukan murni demi Marsini yang dikabarkan sudah mati tak jelas sebabnya. Ehh malah ia ditangkap polisi dan diadili secara tidak adil. Perbuatan oknum yang semena-mena dan sangat tidak memanusiakannya membuatnya trauma berkepanjangan dan dianggap gila.
Halaman 139 (Doc. Pribadi)

Ia dimasukkan ke RSJ setelah pengalaman trumatisnya tak bisa terbendung dalam ingatan. Rumah sakit jiwa ini malah mejadi pembebasan baginya. Apa yang dianggap gila di luar sana, bisa dilakukan bebas disini. Berdialog dengan orang gila menjadi jalannya untuk menyadari kemauan tubuh, jiwa dan pikirannya. Ditambah dengan Masita perawat yang ternyata mahasiswa kedokteran yang sedang penelitian berhasil membuatnya kesem-sem. Ia satu-satunya orang yang mau melihat dari sudut pandangnya. Yahh lagi-lagi cinta yg mengembalikan kewarasan

Ia waras gara-gara Masita yang meyadarkannya. Lalu ia kembali turun ke jalan dengan sadar penuh pada apa dan mengapa ia melakukan itu. Menjadi manusia dengan kesadaran penuh. Ia pun bangga dengan dirinya yang apa adanya meskipun bagi orang lain itu tidak normal bahkan tidak waras. 

Di tempat yang lain Cak Jak, berusaha memungkiri identitasnya. Ia memilih untuk menjadi buruh pabrik yang baik tapi ujungnya juga awut-awutan. Sampai akhirnya ia pulang ke Jakarta bertemu dengan sebuah organisasi keagamaan yang membuatnya seakan kembali kejalan yang "normal" tapi ujungnya sungguh menyedihkan. Ia malah tidak manusiawi karena kekuasaan yang dimiliki


Pada akhirnya ia bertemu lagi dengan orang-orang dimasa lalunya tapi bukan untuk bersama lagi. Malah dia yang berusaha menghancurkan teman-temannya ini. Suara hatinya pun menjerit. Bimbang pada dirinya sendiri. Benarkah apa yang ia lakukan selama ini. Mungkin bagi orang lain apa yang ia lakukan sudah layaknya orang normal tapi justru membuat dirinya "gila". 


Pokoknya dengan novel ini kamu bisa mengerti bahwa memang manusia itu menjalani hidupnya dengan caranya masing-masing. Semua tak sama. Semua berbeda. Tak semuanya harus bisa diterima ataupun ditolak. Standar hidup begitu susah diterapkan pada novel ini. Hiduplah sebaik-baiknya yang kau bisa saja itu sudah cukup. 

Oh ya novel ini sangat direkomendasikan buat kalian yang bertanya-tanya kenapa bisa ada cowok yang kecewek-cewekan di dunia ini. Isu yang bahas di dalam novel ini cukup banyak diantaranya gender, politik, agama, pendidikan dan keluarga. Ini novel dewasa yah 20+ dan sangat-sangat humanisme. Bacalah dan bersiaplah menerima sudut pandang yang berbeda.
(Doc. Pribadi)

Judul: Pasung Jiwa
Penulis: Okky Madasari
Tebal: 328 halaman
Tahun terbit: 2016 (cetakan ketiga)

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Salam literasi! Salam lestari!


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita di Balik Panen Daun Jeruk Purut