Obrolan Nikah Muda dengan Ibu Penjual Bekatul

Photo by Quotes Creator

Ceritanya kemarin Mimin disuruh Bapak membeli bekatul (pakan ayam) di sebuah toko langganan. Letaknya cukup jauh dari rumah, tapi ya gak jauh-jauh amat sih cuma 5 menit kalau pakai motor. Nah, sesampainya di sana ternyata masi ada dua pembeli jadi saya harus menunggu beberapa saat. Ketika saya menunggu ehh tidak sengaja ada teman SMA saya  datang untuk memungut iuran Masjid. Saya pun ngobrol dengannya dulu sembari menunggu giliran dilayani oleh si penjual.  Ya hitung-hitung reuni singkat hehe.

Setelah pembeli yang pertama dan kedua selesai, si ibu penjual menyempatkan membayar uang iuran dahulu kepada teman saya. Kemudian tiba giliran saya yang tak diduga malah di sambi curhat yang beginilah ceritanya.

“Mbak kenal Joko tho?” tanyanya sembari menambil karung goni saya.
“Iya Bu, dia teman sekolah saya waktu SMA dulu” jawabku.
“Owh sekelas po Mbak?”
“Beda Bu, kalau saya sekelasnya sama Cempluk Bu yang sekarang sudah menikah, udah punya anak malah,” jawabku sambil was-was ditanyain kapan nikah. Hdeehhhh...sebenarnya sih ak masih muda tapi kalau di desa teman-teman sepantaranku yang perempuan kebanyakan sudah nikah.

“Oh iya Mbak, lha Mbak kapan nyusul,” tanyanya kembali sembari asik menimbang bekatul.
“Hehe.. belum tahu Bu, masih pengen jalan-jalan dulu pakai uang sendiri,” jawabku sambil berbisik di dalam hati “Tuh kan beneran ditanyain ini hm hm...”
“Iya Mbak bener kalau gitu, saya aja nyesel sekarang kenapa dulu langsung nikah,” jawabnya.
Tak dinyana si ibu penjual bekatul malah menjawab begitu. “Woh ya gapapa Bu mungkin udah jalannya” jawabku, yang sebenarnya lega karena aku bebas dari cecaran pertanyaan yang nyesekin hehe.

“Lha dulu saya lulus SMA bulan Juli langsung dinikahin bulan Agustus Mbak, jadi belum punya pengalaman apa-apa sekarang.”

“Tapi kan masih bisa cari pengalaman sekarang Bu, sekarang malah bisa usaha begini Bu masih bisa kemana-mana sama keluarga,” jabawabku yang mencoba melegakan si ibu.

“Ya gimana ya Mbak, tetap aja beda, kurang penglamannya. Makannya anak saya sekarang ndak tak suruh nikah muda tak biarin biar cari pegalaman dulu.” Tiba-tiba datanglah seorang pembeli lagi yang memutus obrolan kami berdua dan akhirnya saya berpamitan untuk pulang.

Saya sebenarnya tak menyangka akan mendengar cerita atau mungkin bisa dibilang curhatan ibu penjual bekatul ini karena saya bukan tetangga dekat. Menurut sepenglihatan saya secara sekilas nampaknya ia tak ada kekurangan dalam keluarganya, anak-anaknya sudah lumayan besar dan dari segi materiil tercukupi. Emm mungin secara keluarga bisa dibilang bahagia sih hanya saja ada yang kurang itu terkait pengalaman individu si ibu tersebut. Ya gak sih? 

Betapa beruntungnya saya yang tak sengaja bisa mendengar pengalaman dari penjual bekatul ini, maka selagi masih muda manfaatkan waktumu dengan sebaik-baiknya ya kawan. Kan asik tuh kalau besok ketika kamu tua bisa cerita sama anak-anakmu tentang apa yang telah kamu lakukan di masa muda. Ingat mendirikan rumah tangga tak semudah mendirikan tenda hihi.

Tapi ya kembali lagi ke keputusan masing-masing individu deng wong yang mau jalani pernikahan kan bukan saya ckck. Ini hanya satu kisah yang kisah lainnya aku tak tahu. 

Salam literasi!
Salam lestari!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita di Balik Panen Daun Jeruk Purut

Review Buku "Pasung Jiwa" Okky Madasari