Postingan

Review Buku "Pasung Jiwa" Okky Madasari

Gambar
Sampul Buku Pasung Jiwa (Doc. Pribadi) Sasa dan Sasana. Berbeda tetapi tetap satu. Satu tubuh yang sama. Sasana dilahirkan sebagai seorang laki-laki dalam keluarga yang normal bahkan ayah ibunya adalah pengacara dan dokter bedah. Ia anak pertama dari dua bersaudara. Adiknya lahir saat ia duduk di bangku SD. Entah mengapa ia sungguh mengagumi adiknya sebagai perempuan. Apapun yang ada pada tubuh adiknya menjadi keindahan dan kedamaian bagi Sasana. Sasana anak yang pintar dan penurut saat SD. Ia pandai memainkan piano dan sangat berprestasi di sekolah. Orang tuanya sangat ingin Sasana sesuai dengan ekspektasinya. Sasana pun tumbuh dengan tidak menikmati apa yang ia lalui. Ia selalu iri dengam adiknya Melati yang begitu bahagia bermain tanpa beban.  Hingga pada akhir SD ia menyelinap ke belakang kompleks perumahan untuk menonton pentas dangdut. Musik piano yang selama ini dilakoninya mendadak membosankan dan tidak sesuai dengan seleranya. Ia jatuh cinta dengan m...

Kasak-kusuk Sekolah di Rumah saat Corona

Gambar
Anak sedang bermain dengan buku (Doc. Pribadi) Banyak orang yang hanya menganggap belajar itu ya di sekolah aja. Keluar dari bangunan sekolah berarti udah gak belajar lagi. Nah padahal sejatinya belajar itu bisa dimana saja, kapan saja dan dengan siapa saja. B erkat wabah Corona in i,  pemerintah mewajibkan belajar dari rumah, ibadah dari rumah, pokoknya apa aja dari rumah ya. Tapi bukan rumah tetangga hehe. Memang dalam pelaksanaan belajar dari rumah ini tidak semulus jalan tol. Ada suka dan ada dukanya baik bagi orang tua maupun guru. Berdasarkan pengalamanku, lumayan banyak orang tua yang mengeluh karena anak-anak gak mau mengerjakan tugas yang diberikan sekolah. Ada pula orang tua yang menganggap belajar dari rumah ini sungguh merepotkan. Ada pula guru yang memberikan tugas satu LKS tebal harus selesai dalam 1 minggu padahal materinya belum dipelajari. Duh duh.. itu tugas apa hukuman ya? D ari hal ini nampaknya, kebiasaan belajar di rumah, belajar dal...

Obrolan Nikah Muda dengan Ibu Penjual Bekatul

Gambar
Photo by Quotes Creator Ceritanya kemarin Mimin disuruh Bapak membeli bekatul (pakan ayam) di sebuah toko langganan. Letaknya cukup jauh dari rumah, tapi ya gak jauh-jauh amat sih cuma 5 menit kalau pakai motor. Nah, sesampainya di sana ternyata masi ada dua pembeli jadi saya harus menunggu beberapa saat. Ketika saya menunggu ehh tidak sengaja ada teman SMA saya  datang untuk memungut iuran Masjid. Saya pun ngobrol dengannya dulu sembari menunggu giliran dilayani oleh si penjual.  Ya hitung-hitung reuni singkat hehe. Setelah pembeli yang pertama dan kedua selesai, si ibu penjual menyempatkan membayar uang iuran dahulu kepada teman saya. Kemudian tiba giliran saya yang tak diduga malah di sambi curhat yang beginilah ceritanya. “Mbak kenal Joko tho?” tanyanya sembari menambil karung goni saya. “Iya Bu, dia teman sekolah saya waktu SMA dulu” jawabku. “Owh sekelas po Mbak?” “Beda Bu, kalau saya sekelasnya sama Cempluk Bu yang sekarang sudah menikah, udah punya ...

Cerita di Balik Panen Daun Jeruk Purut

Gambar
Kerumunan ibu-ibu ( budhe saya) yang sedang membabat pohon jeruk purut. Daun jeruk purut sama sekali tidak menakutkan seperti hantu jeruk purut meski sama-sama punya marga purut pun bukan wadah entut. Preeetttt... Daun ini sangat bersahabat dengan ibu-ibu atau mbak-mbak yang suka masak-masak di dapur bukan yang pesan pakai aplikasi lho. Yungalahh... demam unicorn haha . Meski ukurannya kecil dan tipis, daun ini mempunyai bau yang khas sehingga mampu menjadi penyedap rasa dan bahkan bisa menghilangkan bau amis. Di kebun belakang rumah simbah terdapat satu pohon jeruk purut yang tumbuh subur terlebih di musim hujan seperti sekarang ini. Pohon ini cukup tinggi kurang lebih 2 meter. Letaknya sangat dekat dengan rumah sehingga ranting-rantingnya mengenai atap rumah. Awalnya tidak ada masalah yang terjadi akibat pohon jeruk purut ini sampai suatu ketika gembili ( Dioscorea esculenta L, sejenis umbi-umbian) yang tumbuh subur di belakang rumah merambat ke pohon jeruk purut ini....

Review Buku "Lambe Akrobat" Agus Mulyadi

Gambar
Sampul depan buku Lambe Akrobat. Jika kalian membayangkan bahwa membaca buku itu hal yang membosankan, menakutkan dan menyebalkan maka sobat petani harus mencoba buku yang satu ini. Mengapa? Karena buku ini adalah kumpulan cerita komedi yang dapat membantu sobat tertawa dikala gelisah melanda. Buku ini ditulis oleh Agus Mulyadi yang sekarang menjadi redaktur Mojok.co.  Istilah " Lambe Akrobat" pada judul memang mencerminkan bagaimana lihainya si penulis sekaligus pemeran utama mengisahkan banyolan-banyolan bak bibir yang berakrobat. Lambe dalam Bahasa Jawa berarti bibir. Ya memang isi buku ini banyak menggunakan istilah-istilah Bahasa Jawa Ngoko namun tak perlu khawatir bagi pembaca yang tidak mengerti Bahasa Jawa karena di bagian belakang buku terdapat glosarium (daftar kata dan pengertiannya).  Buku ini tidak terlalu tebal hanya 165 halaman saja. Terdiri dari 2 Bab yaitu Kisah Keluarga Hansip dan Marcopolo & Geng Koplo. Bab 1 merupakan kumpulan cerita...

Seuplik Cerita Buruh Pithil Kacang Tanah di Gunungkidul

Gambar
Seorang Ibu yang sedang mithili kacang tanah. Di gubug yang bersebelahan dengan kandang kambing dan ayam, kami begitu asik mithili kacang tanah ditemani uyon-uyon wayangan dari radio milik tetangga yang diputar terus-menerus. Full music dari pagi sampai sore, tapi ngantuki juga haha . Bau harum kotoran kambing pun seolah tersamarkan oleh debu-debu kacang tanah yang bertebaran di udara. Hmm... wanginya gado-gado euy. Ditambah pemandangan aneka binatang yang berlalu-lalang seperti ayam jago, ayam betina, dan cempe . Tapi siapa sangka kalau dengan kondisi yang sedemikian kami tetap asik mithili kacang tanah. Seekor cempe (anak kambing) yang sedang memakan rendeng . ” Pithil ” yang jika dalam kata kerja menjadi “ mithili ” merupakan tahap memisahkan kacang tanah dari akar dan batangnya. Secara harfiah sih bisa diartikan “memetik” layaknya memetik buah gitulah. Tapi bedanya, sebelum memetik/ mithili kacang, kita harus lebih dulu mbedhol (mencabut) tanaman kacang dan men...

Rawis: Makanan ala Vegetarian yang Murah Meriah

Gambar
Rawis ala Petani Bercerita Hallo sobat petani, weekend gini sepertinya cocok kalau Mbak Mini kasih info seputar olahan hasil pertanian ya siapa tahu kalian mau coba-coba apa yang Mini buat ini. Nggaya...padahal sek nggawe bude/tante-tanteku haha.  Yups... kali ini Mini mencoba menu yang bahan dasarnya sebagian besar berasal dari sayur-sayuran di kebun sendiri dan kebun tetangga haha . Bisa dibilang sayur-sayuran tanpa pestisida atau organik gitu. Sayuran-sayuran ini sangat murah sih tapi ada beberapa yang sulit ditemukan di pasar, mungkin karena jarang yang suka ya jadi langka penjualnya.  Beberapa Bahan membuat Rawis Menurut Mini, menu ini cocok sih buat penganut vegetarian karena bener-bener gak ada unsur hewaninya lho. Bahan dasarnya terdiri dari daun pepaya, daun kemangi, daun kenikir/cokra-cakri, daun beluntas, mentimun, kacang panjang, kecambah, petani cina, dan temu poh (temu mangga). Beberapa sayuran tersebut termasuk jenis sayur-sayuran indie ni...